Untuk urusan yang satu ini Eva tidak mau gegabah. “Saya enggak maksain, sih.” Inspirasi adalah hal yang datang secara natural, bukan dicaricari keberadaannya. Maka dari itu sabar adalah kuncinya. Apalagi mengingat inspirasi menghampiri benak Eva dalam perjalanannya ke berbagai tempat.
“Dan di tengah pandemi ini, travelling jadi hal yang enggak bisa dilakukan kan. Jadi ya, saya terima saja. Sekaligus belajar lebih legowo.”
Hari-hari belakangan ini juga menjadi momennya untuk belajar memaknai kembali produktivitas. “Sekarang saya memang lebih produktif, tetapi itu juga karena saya sudah berdamai dengan periode-periode non-produktif saya,” sambungnya.
Ini memang waktu yang tepat untuk kita semua bersamasama mendefinisikan produktivitas. Jika sebelumnya, hal itu identik dengan menjadi sibuk dalam usaha untuk terus menghasilkan hal-hal baru.
Lantas apakah hari ini produktivitas itu masih bermakna sama? “Kita terbiasa mendefinisikan produktivitas dengan kerja terus menerus tanpa henti. Padahal kan enggak selalu kayak gitu. Rehat juga bagian dari prosesnya,” ucap gadis berusia 28 tahun itu.
Rehat menjadi proses yang krusial untuk mengambil jeda dari situasi yang ada, memahami semuanya dan benar-benar memutuskan apa-apa saja yang penting untuknya.
“Once you’re able to rise above, kondisi eksternal juga akan ikut rise dengan Anda,” begitu ujarnya. (Shuliya Ratanavara) Foto: Hendra Kusuma.
