Dark Mode Light Mode
Dark Mode Light Mode
Modernitas Klasik Sebuah Hunian
Burnout? Kenali Gejalanya Demi Kondisi Kesehatan Mental yang Lebih Baik
Saksikan Peragaan Valentino Haute Couture Fall Winter 2020/2021

Burnout? Kenali Gejalanya Demi Kondisi Kesehatan Mental yang Lebih Baik

Stres yang menumpuk dapat membawa diri pada kondisi burnout yang menguras fisik dan mental

Stres terjadi pada siapa saja. Tingkatannya pun berbeda. Sebagai Life Coach, Fanny Lara Ambadar tetap pernah merasa stres hingga kewalahan dalam pekerjaannya. “Saya sangat terbebani. Terlalu banyak yang harus dikerjakan tapi tak cukup punya waktu dan energi. Saya lelah fisik dan emosional. Susah tidur tapi nafsu makan bertambah. Pola pikir juga terganggu. Saya merasa gagal, kehilangan motivasi, dan selalu berpikir negatif,” ujar Fanny. Burnout semacam ini bermula dari stres. Bukan stres biasa yang bisa hilang sementara dengan tidur atau mengatasi sumber pemicunya.
 
“Stres tentang pekerjaan itu berlangsung lama, bisa dua minggu sampai bulanan. Dikatakan burnout karena meskipun pemicunya sudah tertangani tapi masih saja merasa stres,” ujar Karina Negara, Psikolog dan Co-Founder KALM, platform konseling online. Orang yang mengalami burnout merasa fisik dan mentalnya benar-benar kelelahan. Segala hal tentang pekerjaan jadi pahit dan getir. Enggan berusaha. Tak tahu harus bagaimana berupaya. Ia jadi orang yang tidak menyenangkan sebab emosionalnya terganggu.
 
Pada masa work from home banyak orang yang mengeluhkan mengalami burnout terkait pekerjaannya. “Sebenarnya kerja di mana saja bisa memicu burnout kalau tidak diatur dengan baik tergantung masing-masing pekerja. Jika memang terjadi burnout sejak work from home ini, lakukan identifikasi aspek apa yang membuat demikian. Misalnya, sistem kerja dari rumah mendorong ketidakjelasan jam kerja.” kata Karina.
 
Kesadaran diri adalah langkah awal mengatasi burnout. Kita harus menyadari apa yang sedang dirasakan terlebih dahulu. Kemudian perasaan itu diterima, diakui, dan diproses. Apakah yang terjadi benar-benar burnout atau hanya stres biasa. Setelah yakin mengalami burnout, maka yang bisa dilakukan selanjutnya ialah istirahat. Ambil cuti atau bahkan resign sebagai jalan keluar paling akhir. Di sela momen istirahat, lakukan perawatan diri. Bukan hanya merawat fisik tapi juga pikiran dan jiwa. Perawatan diri yang paling dasar dan wajib adalah makan sehat, tidur cukup, olahraga teratur, dan menjaga kebersihan diri.
 
“Kalau saya rutin olahraga, entah yoga, joging, atau hanya stretching. Kita memberi makan pikiran dan jiwa. Saya juga melakukan meditasi secara regular, lebih dekat dengan alam, dan menonton video motivasi. Saya pun suka menulis jurnal. Sesederhana mencurahkan perasaan saya hari ini,” ungkap Fanny. Ia juga mempunyai jurnal yang mengungkapkan rasa syukur. Karena selalu ada hal kecil yang bisa kita syukuri, semisal masih bisa membuka mata setiap pagi atau punya pekerjaan.

 

 

 

 

Advertisement

 
Sempatkan pula melakukan dialog pada diri sendiri. Selayaknya seorang sahabat yang menanyakan perasaan atau menghibur diri. Meskipun terkadang kita lebih terlatih menjadi sahabat untuk orang lain daripada diri sendiri. Dukungan dari orang terdekat juga diperlukan. “Semudah mengingatkan beristirahat atau buatkan teh. Beri hiburan dan pelukan. Bentuk kasih sayang seperti itu akan membuat orang merasa tidak sendirian. Ada kelegaan dan kehangatan. Tunjukkan kepedulian yang tulus,” ucap Gita.

Jika masih belum teratasi, sebaiknya minta bantuan dari profesional. Selama masa wabah COVID-19, Kantor Staf Presiden Republik Indonesia dan Himpunan Psikologi Indonesia membuka layanan telekonseling Sehat Jiwa (Sejiwa). Dengan menghubungi 119 ext 8, masyarakat bisa bercerita dengan psikolog. Selain itu, aplikasi KALM juga menyediakan ruang untuk melakukan konseling secara online. Segala info lebih lanjut mengenai burnout atau kesehatan mental bisa melalui akun Instagram @get.kalm.
 
“Sebagai profesional, kami bekerja sama dengan klien mencari strategi terbaik untuk mengatasi burnout. Tak hanya pada saat ia mengalami kala itu, tapi seterusnya sehingga ia bisa membekali dirinya menangani dan mencegah burnout yang mungkin datang di masa depan,” ujar Karina. Dua kanal ini merupakan sedikit dari banyaknya lembaga profesional yang bisa dipilih.
 
Sebelum terjadi dan bertambah parah, burnout bisa dicegah dengan melakukan beberapa hal. Cobalah membatasi jam kerja. Jangan tergoda apalagi memaksa. Berani menolak jika sudah tidak mampu. Bila sudah merasa gerah, hindari membuka handphone dan tutup semua akses soal pekerjaan.
 
Secara fisik, buat jarak antara kerja dan istirahat. Hindari bekerja di tempat tidur. Ciptakan imajinasi untuk menemukan struktur yang sekarang jadi kabur. Misalnya, merias diri sebelum bekerja di depan laptop. Ganti perilaku commuting perjalanan dari rumah ke kantor dengan pengalaman lain seperti olahraga atau bermain dengan hewan peliharaan.  (Wahyu Septiyani) Foto: Unsplash

 

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Modernitas Klasik Sebuah Hunian

Next Post

Saksikan Peragaan Valentino Haute Couture Fall Winter 2020/2021

Advertisement

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.