Dark Mode Light Mode
Dark Mode Light Mode

Mother Earth & Architecture: Tentang Tradisi dan Identitas Kebudayaan

Lewat pameran “Mother Earth & Architecture”, Yayasan Widya Cahaya Nusantara, Rumah Asuh, dan Tirto Utomo Foundation menginisiasi usaha pelestarian tradisi dan pemberdayaan

Bagi sebagian masyarakat kita, kebudayaan masih disamakan dengan kesenian tradisional dan dibicarakan dalam konteks yang sempit: tarian adat, nyanyian adat, ritual, dan sebagainya. Padahal kebudayaan juga meliputi hal yang lebih luas, seperti arsitektur. Maka dari itu dalam rangkaian gelaran Bintaro Design District, Yayasan Widya Cahaya Nusantara (YWCaN), Rumah Asuh, dan Tirto Utomo Foundation menghadirkan pameran “Mother Earth & Architecture” pada 30 November-7 Desember 2019.

Di pameran ini, ketiga inisiator program pameran menampilkan dua maket proyek pembangunan di Suku Dayak Iban di Sungai Utik sebagai highlight pameran. Pertama, ada maket Rumah Budaya yang dibuat dengan mangadopsi desain arsitektur Suku Dayak Iban. Di sini, harapannya masyarakat Suku Dayak Iban di Sungai Utik bisa mewadahi segala aktivitas masyarkat dan bisa menjadi tempat berkumpul lintas-generasi, sehingga pengetahuan akan tradisi dan nilai-nilai kebudayaan bisa diturunkan ke anggota suku yang lebih muda. Begitu pula para tetua adat bisa mendapatkan pengetahuan-pengetahuan terbaru sesuai dengan kemajuan zaman dan teknologi.

“Selain Rumah Budaya, satu lagi bangunan yang akan direalisasikan adalah ibadah Gereja Katolik,” kata Founder Rumah Asuh sekaligus salah satu arsitek Han Awal & Partner Yori Antar. Lebih lanjut ia menjelaskan gereja ini juga akan dirancang sesuai nilai-nilai kearifan lokal.

Advertisement

Tak cuma pameran, “Mother Earth & Architecture” juga menghadirkan beberapa subacara. Mulai dari lokakarya bersama sustainable lifestyle brand, Demi Bumi, instalasi “Peek-a-Boo” yang dibuat di SDN Pondok Pucung, acara diskusi dengan mengundang salah satu tetua Suku Dayak Iban, Apai Janggut, serta acara “Dayak Melihat Dunia” yang menampilkan ragam atraksi tradisional Suku Dayak seperti tari-tarian hingga seni tato tradisional mereka. (SIR). Foto: YWCaN, Rumah Asuh, dan Tirto Utomo Foundation.

 

 
Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Review Film: “Star Wars: The Rise of Skywalker”, Sebuah Film Fanboy

Next Post

Lanvin Year End Luncheon di Amuz Restourant

Advertisement

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.