
Tahun 2019 merupakan tahun yang menyenangkan bagi pencinta film. Baik itu film Indonesia maupun film internasional. Di Indonesia, film-film bertemakan perempuan dan seksualitas menjadi beberapa rilisan terbaik tahun ini. Kita juga melihat film pahlawan super lokal pertama yang dirilis tahun ini. Dan semuanya mendapatkan pengakuan dari kancah perfilman internasional. Begitu pula film-film internasional menawarkan narasi-narasi yang segar dengan berbagai genre. Untuk itu berikut ini 10 film pilihan redaksi Dewi sepanjang 2019.
Parasite
Film garapan sutradara Korea Selatan, Bong Joon Ho ini menarik perhatian dan menuai jutaan kritik sejak dirilis awal tahun 2019. Tak tanggung-tanggung, film ini pun mendapatkan penghargaan Singa Emas di ajang Venice Film Festival 2019.
Bong menceritakan kesenjangan kelas sosial dengan apik menggunakan gabungan ragam genre. Film berprogresi dari cerita komedi menjadi tragedi dan berujung ironi, membawa penonton dalam perjalanan naratif yang berliku dan penuh kejutan.

Marriage Story
Film rilisan Netflix garapan Noah Baumbach ini menjadi salah satu film yang digadang-gadang akan menyabet banyak penghargaan di awards season. Bermodalkan naskah juga arahan dari Baumbach yang realistis serta performa Adam Driver dan Scarlett Johansen yang luar biasa, Marriage Story menghadirkan narasi memilukan yang menyentuh banyak orang.

Perempuan Tanah Jahanam
Joko Anwar menunjukkan kematangannya dalam meramu film horor lewat Perempuan Tanah Jahanam. Setelah diendapkan selama 10 tahun, Joko akhirnya mengeksekusi naskah film ini dan merilisnya dengan pengembangan cerita penuh kejutan dan suspens yang masih jarang kita temui di film-film horor Indonesia.

27 Steps of May
27 Steps of May menceritakan perjalanan seorang perempuan menghadapi trauma akan kekerasan seksual yang dialaminya. Film garapan Ravi Bharwani ini secara cakap menggambarkan luka dan trauma akibat pelecehan seksual. Tidak hanya bagi korban, tetapi juga keluarganya.

Kucumbu Tubuh Indahku
Terlepas dari pendekatan “serius” sang sutradara, Garin Nugroho, Kucumbu Tubuh Indahku adalah cerita coming of age yang memperlihatkan perjalanan Juno (Muhammad Khan), seorang lelaki desa yang kemudian menjadi penari lengger lanang. Berbalut narasi budaya yang kental, Kucumbu Tubuh Indahku juga memperlihatkan bagaimana kecairan seksualitas telah lama menjadi budaya kita.
Tidak hanya didapuk sebagai film terbaik versi Festival Film Indonesia 2019, Kucumbu Tubuh Indahku juga dipilih Komite Film Indonesia mewakili Indonesia dikirim ke ajang Academy Awards untuk kategori Film Berbahasa Asing Terbaik.

The Farewell
Lulu Wang membicarakan persoalan identitas sebagai orang Asia yang tumbuh dan tinggal di Amerika Serikat. Masalah identitas ini ia sampaikan lewat cerita tentang keluarga Cina yang telah lama merantau dan mesti kembali pulang ke kampung halaman demi menemani nenek yang sekarat.
Perdebatan tentang identitas pun hadir lewat konflik-konflik tentang pilihan negara tempat tinggal, rasa masakan, cara bicara, hingga cara membantu orang terkasih menghadapi sakratul maut. Semuanya dikemas dalam kisah keluarga yang hangat nan menyentuh.

Hustlers
Menelusuri lapisan persahabatan dalam sebuah klub striptease, kali ini Lorene Scafaria mengadaptasikan sebuah perjalanan hebat nan kompleks dari Destiny (Constance Wu) dan Ramona (Jennifer Lopez).
Penerjemahan narasi yang rumit ini dirajut oleh Lorene dengan sangat manis dan konsisten—ia dapat dengan sensitif membawa kita untuk terjun ke dalam kisah dua sahabat ini, lepas dari stigma yang melekat kepada profesi yang kerap menuai komentar sumir. Selain penggarapan Lorena yang unik dan cenderung bebas, performa kedua aktor—baik Lopez dan Wu—juga menjadi gong utama kecerdasan Hustlers.

Us
Film karya Jordan Peele menyatakan kritiknya akan ketegangan antar-ras dan antar-kelas dalam Us lewat cerita suspens nan sureal. Peele, telah menemukan formulasi sempurna yang memadukan humor kering ke dalam narasi thriller tanpa menyurutkan aliran adrenalin penonton.

Dua Garis Biru
Gina S. Noer menunjukkan tajinya, tidak hanya sebagai penulis naskah dan produser, tetapi juga sebagai seorang sutradara lewat film Dua Garis Biru. Bercerita tentang kehamilan di luar nikah, Gina berhasil menghadirkan cerita yang kompleks dan menantang pandangan-pandangan moralis tentang hubungan antara orangtua dan anak serta pengalaman sebagai ibu.

Portrait of a Lady on Fire
Seksualitas dan perihal ketubuhan bukan topik yang jauh dari karya-karya Céline Sciamma seperti Water Lilies (2007) dan Tomboy (2011). Kini lewat Portrait of a Lady on Fire, ia membahasakan persoalan seksualitas dengan mengolok-olok zona nyaman perempuan, yang aktif-domestik.
Dalam Portrait, kita diajak untuk mengikuti alur yang dibangun sangat intim antar dua karakter yang saling berkesinambungan. Bersama The Farewell dan Parasite, film garapan Céline ini juga dinominasikan sebagai Film Berbahasa Asing di ajang Golden Globes 2020. (SIR/FLX). Foto: Dok. Istimewa.
