
Pertunjukan Musikal Keluarga Cemara hadir dengan kisah yang penuh harmoni, membawa cerita keluarga yang sarat makna. Tahun ini, pertunjukan ini dipersembahkan oleh Visinema Studios dan Indonesia Kaya, berkolaborasi bersama Ciputra Artpreneur.
Diadaptasi dari film "Keluarga Cemara" (2018), pertunjukan ini mengisahkan perjalanan sebuah keluarga: Abah, Emak, Euis, dan Ara, dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup. Justru di tengah ujian itulah, mereka perlahan menemukan makna keluarga yang sesungguhnya.
Dalam pertunjukan tahun ini, masing-masing tokoh utama diperankan oleh dua aktor yang berbeda. Keluarga Mentari terdiri dari Abah (Taufan Purbo), Emak (Galabby), Euis (Aisyah Fadhila), dan Ara (Fazka Bahanan). Sementara Keluarga Berseri terdiri dari Abah (Simhala Avadana), Emak (Andrea Miranda), Euis (Amira Karin), dan Ara (Quinn Salman).
Kini, lewat panggung musikal, kisah keluarga ini hadir lebih dekat dan nyata. Dengan tata panggung yang megah dan artistik, serta sentuhan para kreator seni ternama Indonesia, Pertunjukan Musikal Keluarga Cemara bukan sekadar hiburan semata. Di balik alunan lagu dan gerak, tersimpan banyak pesan kehidupan yang menyentuh. Simak tiga nilai kehidupan yang menjadi inti kisah dalam pertunjukan ini:

1. Ketangguhan Keluarga
Baik dalam kisah asli film maupun adaptasi panggung musikalnya, Keluarga Cemara menghadirkan cerita tentang sebuah keluarga yang tak henti diuji oleh rintangan kehidupan. Setiap cobaan yang datang menjadi ujian bagi Abah, Emak, Euis, dan Ara: sejauh mana mereka mampu tetap utuh dan saling menggenggam. Ketangguhan keluarga ini bukan sekadar soal bertahan, melainkan tentang keberanian untuk bangkit dan tumbuh, berakar pada cinta serta kekuatan kebersamaan dalam menghadapi segala badai.
2. Keindahan dalam Kesederhanaan
Kesederhanaan dalam kisah Keluarga Cemara tak sekadar soal kepemilikan. Rintangan yang dihadapi Abah, Emak, Euis, dan Ara justru menuntun mereka untuk lebih merayakan apa yang ada di depan mata: menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil yang kerap luput disadari, namun sesungguhnya menyimpan makna yang paling tulus.
Kehangatan itu pun terasa dalam hubungan mereka dengan para tetangga di lingkungan baru. Di tengah segala keterbatasan, tercipta ikatan sederhana yang penuh makna, mengajarkan bahwa kebahagiaan tak selalu datang dari apa yang dimiliki, melainkan dari rasa saling peduli dan kebersamaan yang tulus
3. Pantang Menyerah
Kisah ini bermula dari kabar bangkrutnya usaha Abah, yang kemudian disusul oleh berbagai cobaan lain. Di tengah perubahan yang mengguncang, Abah dan Emak hadir sebagai sandaran bagi anak-anak mereka, terutama Euis yang paling terpukul. Abah bekerja lebih keras, sementara Emak ikut membantu perekonomian keluarga. Perlahan, mereka belajar bangkit, menemukan cara untuk bertahan lewat ketekunan, kerja sama, dan keyakinan untuk tidak menyerah pada keadaan.

Setelah sukses di pementasan tahun sebelumnya, Musikal Keluarga Cemara tahun ini kembali dengan format yang lebih segar. Kisah keluarga Abah, Emak, Euis dan Ara ditulis dengan lebih dalam dan menyentuh, dihidupkan melalui penampilan ikonik yang berpadu dengan alunan lagu dan koreografi yang memikat. Sang sutradara, Pasha Prakasa, menuturkan bahwa pertunjukan tahun ini menghadirkan sentuhan baru, dengan mengangkat isu sosial yang tengah terjadi di Indonesia. Dikemas lewat sudut pandang keluarga Abah dan Emak, menjadikannya lebih relevan dan dekat dengan penonton.
Pertunjukan Musikal Keluarga Cemara akan dipentaskan sampai dengan 13 Juli 2025 di Ciputra Artpreneur, Jakarta. Tiket resmi pertunjukan ini dapat dibeli di tiket.com.
Penulis: Najlaa Kamilia Rizaldi
Editor: Mardyana Ulva
Foto: Dok. ImageDynamics