Dark Mode Light Mode
Dark Mode Light Mode

Made Djirna: Menyusuri Jejak Waktu

Karya instalasi dari Made Djirna di Ubud Art Ground mengajak kita memasuki dialog antara masa lalu dan masa depan, antara jejak tanah dan ingatan tubuh.

Pameran perdana Ubud Art Ground yang bertajuk “Parallels: Legacies in Flux” turut menghadirkan karya instalasi dari seniman kontemporer terkemuka Bali, Made Djirna. “Numpang Lewat 3 – Buana Agung,” instalasi site-specific darinya ini, bukan hanya sekadar susunan kayu dan batu. Karya ini adalah meditasi ruang dan waktu; tentang warisan yang terus bergerak, tentang bagaimana tubuh kita, seperti alam, menyimpan jejak yang tak pernah benar-benar hilang.

 

Dunia yang Selalu Bergerak

Instalasi ini terbagi dalam dua ruang konseptual: Buana Agung sebagai makrokosmos, dan Buana Alit sebagai mikrokosmos. Di dalam ruang kecil itu, Djirna meresapi perubahan tempat dan waktu: dari wilayah agraris yang dulu dekat dengan kehidupan lokal, menjadi ruang yang kini bergerak lebih luas dan kosmopolit.

Advertisement

“Dalam pameran ini saya hanya menjadi bagian dari partisipasi, membantu apa yang bisa saya lakukan,” katanya merendah. Namun refleksi yang ia hadirkan begitu dalam. Bagi Djirna, hidup adalah rangkaian “numpang lewat.” Kita datang, meninggalkan sesuatu, dan waktu lah yang akan menentukan nilainya.

Meditasi Material dan Ingatan

Karya instalasi Made Djirna di Ubud Art Ground: "Buana Agung" (2025)

Menggunakan bahan-bahan organik seperti kayu gelondongan dari Kalimantan, bambu, batu kapur, ijuk, serta sisa konstruksi, instalasi ini membangkitkan kembali elemen-elemen yang sering kali dianggap telah usang. Bagi Djirna, material bukan sekadar benda mati, melainkan "penyimpan cerita", tentang perjalanan, kehilangan, dan kesinambungan yang hening.

“Dari gelondongan kayu itu, saya berpikir, kayu dari Kalimantan ini sampai di sini pasti melalui proses panjang,” ungkapnya. “Saya membayangkan pasti menggunakan perahu. Maka dari itu, saya membuat perahu sebagai simbol wadah. Kayu adalah simbol pemikiran dan keinginan. Perahu ini adalah jembatan yang mengangkut, menyeberangkan apa yang kita pikirkan dan inginkan.”

Warisan yang Terus Berevolusi

Bagi Djirna, warisan bukanlah sesuatu yang beku atau monumental. Ia cair, mengikuti irama zaman dan kebutuhan manusia. “Segalanya selalu berubah,” ujarnya. “Perkembangan budaya, kepentingan generasi, bahkan ekosistem kehidupan selalu bergerak.”

Ia menyadari bahwa Bali hari ini bukan lagi hanya milik orang Bali. “Bali itu sudah menjadi milik semua,” tuturnya, menandai keterbukaan yang menjadi penting bagi masa depan kebudayaan. Dalam kolaborasi dengan seniman Tiongkok, ia melihat benih lintas budaya yang bisa berkembang lebih luas lagi.

Harapan: Menjaga Keseimbangan

Dalam pandangan Djirna, masa depan adalah milik generasi baru. Namun mata rantai kehidupan harus terus dijaga, agar tidak terputus oleh ego atau kepentingan sesaat. “Harapan saya ke depan adalah bagaimana kita menjaga keseimbangan,” ujarnya. “Baik dalam diri kita maupun dalam hubungan dengan sesama.”

Sebagai pengunjung, kita diajak bukan hanya melihat, tapi juga merasakan. Dalam keheningan kayu dan tekstur kasar ijuk, muncul pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang sebenarnya kita warisi. Apakah warisan itu selalu sesuatu yang megah, atau justru hadir dalam hal-hal kecil yang kita abaikan sehari-hari—dalam keretakan, dalam debu, dalam ruang yang kita tinggalkan?

Karya ini terasa seperti ritus diam; afirmasi akan hal-hal yang tak selalu bisa dikatakan, tapi bisa dirasakan. Seolah Djirna mengajak kita semua untuk berhenti sejenak dan mendengarkan: suara tanah, bisikan kayu, desah waktu yang terus bergulir. Bahwa “numpang lewat” bukan berarti tidak penting. Justru dalam lewatnya itu, warisan dan makna menemukan bentuk barunya.

Teks dan foto: Mardyana Ulva

 

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Kolaborasi Sejauh Mata Memandang dan TULUS untuk “Pasar Kita”

Next Post

Menyulam Kehidupan Melalui Seni di ArtMoments Jakarta 2025

Advertisement

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.